 |
| Keindahan Lekuk Sansivieria Twister |
Keindahan Lekuk Sansivieria Twister - Walaupun tanaman ini bernama umum lidah mertua, namun sebenarnya tanaman ini tidak ada hubungannya dengan mertua. Saya pribadi lebih senang menyebutnya Sansivieria (dibaca: San-si-vera). Tanaman yang dapat tumbuh dalam kondisi minim air ini sering saya jumpai di pinggir jalan sebagai penghias pinggiran trotoar atau pembatas jalan. Walaupun pada umumnya digunakan untuk penghias taman, ada juga jenis Sansivieria yang bagus untuk hiasan didalam rumah. Salah satunya adalah Sansivieria Twister.
Sansivieria Twister menjadi primadona untuk hiasan didalam ruangan. Selain karena tanaman ini merupakan "Sansivieria" yang tidak susah dalam perawatan, Sansivieria Twister ini memiliki bentuk yang unik. Bentuk daunnya menyerupai spiral sehingga sering juga disebut Sansivieria Spiral. Tak cuma itu, kelebihan Sansivieria ini terletak pada kemampuan tanaman ini dalam menyerap racun berupa gas dan radiasi dari barang-barang elektronik seperti TV dan komputer. Kemampuan menyerap gas karbon monoksida dan asap rokok membuat tanaman ini wajib dimiliki bila anda tinggal dilingkungan yang padat kendaraan dan dilingkungan perokok.
 |
| Sansivieria sebagai anti-polutan |
Untuk harga, rata-rata penjual mematok harga mulai dari Rp. 15.000 hingga Rp. 100.000. Selain dipengaruhi oleh ukuran tanaman, harga Sansivieria Twister ini biasanya dipengaruhi oleh bentuk daunnya. Semakin indah lekuk daunnya, maka harganya bisa melebihi harga rata-rata. Saya sendiri menjual anakannya dengan harga Rp. 15.000.
Perawatannya sangat mudah. Tanaman ini termasuk bandel dan toleransi yang tinggi terhadap kebutuhan air. Namun untuk mendapat hasil yang bagus, biasanya saya menyiramnya satu kali sehari setiap pagi. Sama seperti Sansivieria lainnya, Sansivieria Twister bisa beranak melalui tunasnya.
Melihat dari keindahannya, manfaat dan harganya, Sansivieria Twister ini wajib ada di ruang tamu atau meja kerja. Selain dapat menyegarkan mata, dapat juga menyerap radiasi dari komputer. (Ananta, 2017)